TAJUKNEWS.COM/ Jakarta. - Pada perhelatan wastra nasional INACRAFT 2025, kolaborasi FPKBL (Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan), WWF-Indonesia, RSPO, APICAL, CECT Universitas Trisakti, Daemeter dan Control Union, resmi meluncurkan batik yang diproduksi dengan menggunakan bahan ramah lingkungan dan berkelanjutan - dengan menggunakan wax (lilin/malam) berbasis kelapa sawit yang diolah secara berkelanjutan.
"Batik ini diharapkan menjadi produk unggulan karena memadukan keunikan budaya Indonesia dengan praktik berkelanjutan yang diterapkan oleh para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Melalui penggunaan lilin ini, konsumen yang membeli batik ini juga berkontribusi pada pelestarian lingkungan.
Kolaborasi Berkelanjutan
Pelestarian lingkungan dan praktek berkelanjutan harus dilakukan secara kolaborasi dengan berbagai pihak, mulai dari produsen besar maupun skala rumahan. Hal inilah yang dilakukan oleh WWF-Indonesia untuk memberikan inspirasi bagi berbagai pihak yang memiliki semangat serupa. Kolaborasi dengan dengan FPKBL merupakan langkah strategis untuk memberikan inspirasi bagi pembatik lain di Indonesia.
Dukungan WWF-Indonesia untuk FPKBL adalah melakukan pelatihan sustainable action plan sehingga FPKBL mampu menyusun rencana aksi yang berkomitmen penuh untuk menggunakan lilin batik bersertifikasi RSPO. Agar sertifikasi menyeluruh, WWF-Indonesia mendampingi FPKBL dalam proses audit Supply Chain Certification Standard (SCCS) yang dipastikan sesuai dengan standar RSPO.
Batik ramah lingkungan ini merupakan jawaban bagi konsumen yang ingin memastikan produk yang dibeli tidak berkontribusi pada kerusakan lingkungan. Kedepannya, produk lilin yang terbuat dari kelapa sawit berkelanjutan diharapkan dapat terhubung dengan pasar dan industri dampingan WWF-Indonesia dan juga menginspirasi para pelaku usaha untuk menerapkan nilai-nilai keberlanjutan. Menjadikan isu keberlanjutan bukanlah hanya sebagai isu kelompok, namun sebuah tujuan besar yang dapat diterapkan oleh semua pihak.
“WWF-Indonesia meyakini bahwa sawit yang dikelola secara berkelanjutan dan bertanggung jawab tidak berdampak buruk bagi lingkungan. Untuk itu sangat penting untuk mendorong praktik keberlanjutan di produk-produk sehingga konsumen punya pilihan produk berkelanjutan. Perpaduan antara budaya indonesia dan praktik keberlanjutan harapannya bisa menjawab tantangan pasar domestik, tentang ketersediaan produk ramah lingkungan berbahan baku kelapa sawit.” Ujar Angga Prathama Putra, Sustainable Commodities Lead WWF-Indonesia
Kelapa Sawit : Satu Tanaman Beragam Derivatif
Bagi APICAL, pengolah minyak nabati berkelanjutan, peluncuran batik dengan menggunakan “malam” berbasis kelapa sawit ini tidak hanya sebuah inovasi, melainkan sebuah terobosan penting dalam industri. Kelapa Sawit yang selama ini hanya terbatas dikenal sebagai komoditas, terbukti dapat diolah menjadi beragam aplikasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Hydrogenated Palm Stearin (HPS) yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan “malam” batik ini merupakan salah satu produk turunan sawit yang diproduksi oleh Apical. Selain HPS, Apical juga mengolah minyak kelapa sawit menjadi produk konsumsi, produk oleochemical untuk kebutuhan kosmetik, produk pakan ternak hingga produk keperluan bahan bakar.
“Kelapa sawit adalah tanaman masa depan karena rentang produk turunannya sangat luas mulai dari untuk konsumsi hingga bahan bakar. Mulai dari kebutuhan dapur sampai pembuatan avtur,” ujar Prama Yudha Amdan, Head of Corporate Communications Apical Group.
Upaya kolaboratif pembuatan batik berbasis sawit ini merupakan pembuktian bahwa potensi kontribusi ekonomi industri kelapa sawit tidak hanya terbatas pada aspek komoditas, tapi juga turut melaksanakan hilirisasi yang selama ini terkesan hanya terjadi di sektor ekstraktif.
“Ketika industri lain baru bersiap melaksanakan hilirisasi, kami (kelapa sawit) sudah rampung. Bahkan efek dorongan ekonomi yang terjadi tidak hanya pada aktivitas usaha padat modal, tapi juga dirasakan aktivitas usaha kecil dan menengah seperti para perajin batik ini”, tambah Prama Yudha.
Keberlanjutan Membuka Peluang
Sebagai organisasi yang peduli dan berkomitmen dalam praktik dan produksi minyak kelapa sawit berkelanjutan, RSPO mendukung inisiatif inovatif seperti penggunaan HPS kelapa sawit berkelanjutan dalam industri batik.
Dr. M Windrawan Inantha, Deputy Director Market Transformation RSPO, mengatakan “Kami percaya bahwa ketika standar keberlanjutan diterapkan di seluruh rantai pasok kelapa sawit, maka akan membuka peluang baru bagi berbagai industri, termasuk sektor kreatif seperti batik.
Pendekatan inovatif ini membuktikan bahwa produk berbasis kelapa sawit berkelanjutan tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga memberikan manfaat bagi semua pihak, terutama bagi pelaku usaha kecil dan menengah. Kami berharap inovasi seperti ini dapat menjadi role model bagi industri lainya untuk mengadopsi praktik bisnis berkelanjutan, sekaligus dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan manfaat produk berbasis kelapa sawit yang berkelanjutan.”
Sejak tahun 2022 RSPO telah melakukan kerjasama dengan FPKBL, untuk menciptakan formula batik yang menggunakan turunan produk sawit berkelanjutan. Tujuan ini didasarkan pada empat pendekatan yaitu: keanggotaan FPKBL di RSPO; peningkatan kapasitas dan kesadaran anggota FPKBL tentang kelapa sawit berkelanjutan; penggunaan minyak sawit berkelanjutan bersertifikasi RSPO dan turunannya (termasuk namun tidak terbatas pada lilin berbahan dasar minyak sawit); dan pemasaran produk batik FPKBL yang berpusat pada penggunaan minyak sawit lestari bersertifikat dalam proses produksinya.
@Sonny/Tajuknews.com/tjk/02/2025.