TAJUKNEWS.COM, Jakarta - Setiap daerah, setiap wilayah di bumi nusantara mempunyai pemimpin di daerahnya masing masing.
Dan setiap pemimpin di suatu wilayah mempunyai permasalahan yang berbeda- beda pula, dengan beragam pemecahannya.
Simposium yang di adakan di hotel Grand Cempaka jl.Letjen Suprapto No 1 Jakarta tanggal tanggal 19 - 20 mai 2022
Kaum Datuk Bandaro kayo YM Bundo kanduang Yetna Sriyanti Chaniago,Asal kampung salayo kubung 13, solok Sumatera Barat, mengatakan,"Tujuan dan maksud kami kesini pada prinsipnya adalah untuk menyatukan suara di seluruh bumi nusantara".
"Sejarah negeri kami kubung tiga baleh, di tukar oleh beberapa orang yang tidak berkapasitas yaitu orang yang tidak dari garis keturunan pemangku adat turun- temurun dengan nama tiga baleh koto, hal ini yang sangat menyayat dan mengiris hati saya makanya saya memperjuangkan," ungkapnya.
" Saya sudah capek dan lelah memperjuangkan selama ini, makanya mudah- mudahan LKPAKSI ini yang dapat menjadi perekat nantinya untuk menjaga dan melestarikan, bahwa apa yang di buat oleh leluhur dulu bukan sesuatu hal yang salah, pasti sudah melalui proses yang sangat panjang dengan pertimbangan- pertimbangan yang sangat panjang," terangnya.
" Sebagai mana filosofis yang kami anut di Minang Kabau hukum- hukum adat kami bersendikan pada alquran itu yang di sebut di lihat ada, diraba nyata, dan di sapa dia berbunyi walaupun itu benda mati, karena pada sifatnya manusia ini adalah pembohong dan pembantah yang tidak pernah membantah adalah alam itu yang di kenal dengan alam takambang menjadi biru, hal- hal inilah yang kami perjuangkan," cetus Datuk Bandaro.
Keterangan lebih jauh Bundo Bandaro
"Karena kamj adalah suku terbesar di seluruh dunia yang menganut garis keturunan ibu dan negeri selayor tersebut adalah induk kubung tiga baleh yang di kenal dengan di situ datuk perpatih sebatang itu berada dan dengan sistim demokrasi yang dia punya tagak sama tinggi, duduk sama rendah, tapi sistim demokrasi tersebut yang di bawa suku Chaniago bekerja sama dengan sistem koto peliang, ketika terjadi sistem vertikal dan horizontal, sistem bodi chaniago dan koto peliang tersebut lahirlah adik sebatang panjang .Artinya kamilah nenek moyang itu, itulah yang menjalankan sistem tersebut dan merekalah yang membuat sistem matrilineal.
Harapan saya bisa memberi nuansa- nuansa baru dan ada perubahan yang sangat siknifikan dan sangat luar biasa dan ini akan menjadi gelombang raksasa bagi seluruh masyarakat adat yang ada di bumi nusantara untuk bangun dan berdiri bahwa tidak pernah akan bisa kokoh sebuah negara apabila adat mereka masing- masing kokoh di nusantara.
"Mudah- mudahan kami di perhatikan oleh pemerintah dan bisa bekerja sama dengan kami, bermitra dengan kami karena kami adalah pemilik- pemilik negeri itu harapan kami dan mudah- mudahan kami bisa saling berkabolarasi antara pihak Pemerintah dan pihak petinggi- petinggi adat yang ada di seluruh nusantara," pungkasnya.
@Sonny/Tajuknews.com/tjk/05/2022