TAJUKNEWS.COM, Jakarta. – Sebanyak lebih dari 10 ribu masyarakat dari 30 Propinsi di Indonesia telah terpapar edukasi gizi khususnya mengenai kandungan gizi susu kental manis dan dampaknya bila dikonsumsi oleh balita. Hal itu disampaikan oleh Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) bersama para mitra kerja dalam konferensi pers yang diadakan Kamis, 16 Desember 2021. Diantara mitra kerja YAICI yang hadir adalah PP Muslimat NU, Majelis Kesehatan PP Aisyiyah, Ketua Umum Himpunan Pendidikan Anak Usia Dini (HIMPAUDI) dan Koalisi Perlindungan Kesehatan Masyarakat Indonesia (KOPMAS).
Literasi gizi, adalah upaya
bersama untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang gizi. Langkah ini
sekaligus sebagai upaya untuk memutus mata rantai gizi buruk dan percepatan penuruna
stunting. Sebagaimana diketahui, pemerintah telah mencanangkan target penurunan
stunting hingga 14% pada 2024. Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas
Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kemenko PMK, Agus Suprapto dalam
kesempatan itu mengatakan, meskipun dalam kondisi pandemi Covid 19, namun ia
optimis target penurunan stunting itu tetap tercapai.
“Target kita pada 2024 itu
stunting turun menjadi 14%. Seharusnya target penurunan pertahun itu minimal
2,7%, namun karena pandemi, pada 2020 penurunannya hanya 0,8%, kecil memang,
tapi di tahun 2022 nanti, dengan kita melibatkan semua sumberdaya di masyarakat,
diharapkan bisa turun menjadi 18%. Karena itu kami, sangat mengapresiasi
kegiatan edukasi gizi dan susu kental manis yang diselenggarakan YAICI dan
mitra-mitranya ini. Konsumsi susu kental manis oleh balita ini bisa dibilang
kekerasan pemberian makanan untuk anak, makanan yang seharusnya tidak
dikonsumsi oleh anak tapi diberikan sebagai minuman anak. Jadi ini pemaksaan
konsumsi di masyarakat. Oleh karena itu edukasi ini penting untuk terus
dilakukan,” jelas Agus Suprapto, di Jakarta 16 Desember 2021.
Ketua Umum HIMPAUDI Netti
Herawati mengatakan upaya penurunan stunting ini adalah tanggung jawab
peerintah. “Edukasi- edukasi gizi dan konsumsi makanan bergizi untuk anak ini
dilakukan oleh lembaga-lembaga masyarakat, namun bukan berarti pemerintah bisa
lepas tangan. Tetap tanggung jawab untuk peningkatan literasi gizi masyarakat
ini ada di pemerintah, oleh karena itu yang diharapkan ke depannya adalah
bagaimana kolaborasi pemerintah dengan masyarakat untuk bersama-sama mengatasi
masalah ini,” jelas Netti Herawati.
Ketua Majelis Kesehatan PP
'Aisyiyah, Chairunnisa M.Kes, mengatakan
PP Aisyiyah akan terus melakukan edukasi gizi khususnya mengenai penggunaan
susu kental manis. “Kami meneliti resiko kejadian stunting, ternyata ada
potensi kejadian stunting pada anak yang mengkonsumsi susu kental manis. Kami
juga melakukan penelitian terhadap konsumsi susu kental manis oleh ibu hamil
dengan balita, ternyata hasil penelitian banyak sejali ibu-ibu yang mengatakan
dan mengkonsumsi susu kental manis ini sebagai susu. Ini bukti bahwa literasi
gizi dan konsumsi susu kental manis pada balita ini perlu menjadi concern bersama,”
jelas Chairunnisa.
Hal yang sama juga
disampaikan dr. Erna Yulia Soefihara, Ketua Bidang Kesehatan PP Muslimat NU.
“Dulu susu kental manis di supermarket dikelompokkan ke dalam susu anak, sekarang
sudah terlihat di supermarket dikelompokkan di rak gula. Jadi ini adalah kemajuan dari
edukasi yang kita lakukan selama ini,
bahwa sudah ada pemahaman bahwa ini bukan susu, tapi gula,” jelas Erna.
Ketua Harian YAICI Arif
Hidayat mengatakan bahwa tahun ini penelitian YAICI melakukan penelitian konsumsi
pada ibu hamil, dan hasilnya cukup mengagetkan ternyata 71% ibu mengkonsumsi
SKM sebagai asupan gizi selama hamil. Sebanyak 60,6% ibu mengkonsumsi SKM sebanyak
3-6 takaran sendok. Oleh karena itu YAICI akan terus berkomitmen untuk memberikan
edukasi gizi dan juga advokasi mengenai susu kental manis. “Kami masih melihat
celah pelanggaran aturan tentang susu kental manis dalam PerBPOM No 31 Tahun
2018 tentang Label Pangan Olahan oleh produsen. Karena itu kami telah
menyiapkan rencana program edukasi termasuk melanjutkan pilot project edukasi
makanan bergizi dan bahaya penggunaan susu kental manis melalui penerapan G21H
dan Mindful Parenting,” jelas Arif Hidayat.