Umar Kei atau Umar Ohoitenan Ketua Umum Front Pemuda Muslim Maluku. ©Son/Tajuknews.com/tjk/12/2020.
TAJUKNEWS.COM, Jakarta. - Seperti halnya Hercules dan John Kei, Umar Kei menjadi pentolan kelompoknya dan kerap dikaitkan dengan aksi premanisme yang terjadi beberapa waktu lalu.
Ditemui di rumahnya di Pondok Gede saat syukuran usianya ke-42 tahun, Umar Kei meminta banyak didoakan semoga menjadi lebih baik ke depannya saat situasi dan isu terkini preman jalanan, pemuka agama dan ulama terjadi polemik.
"Umar Kei kemudian menyinggung istilah preman atau premanisme yang kerap dilekatkan orang terkait sepak terjangnya selama ini.Saya ingin bertanya, yang dikatakan premanisme harus diartikan bahwa premanisme seperti apa?" begitu kata Umar Kei pada Selasa (15/12/2020) siang tadi.
"Kami sendiri kami ingin hidup seperti teman-teman. Kami butuh ketenangan, kami butuh kebahagiaan. Kata premanisme orang yang tidak mengenal hukum. Kalau dibilang premanisme saya bertentangan," imbuh Umar.
Bagi Umar, masalah yang menyangkut oknum tertentu tak bisa menjadi landasan pasti bila seseorang turut andil dalam aksi premanisme.
"Saya mau katakan satu hal, tidak dekat maka tak sayang. Jadi kalau ada tindakan-tindakan dari oknum atau perorangan yang selalu diindikasi bahwa kami orang Maluku seperti itu, saya ulangi hal itu juga bisa terjadi pada teman-teman sendiri," ia melanjutkan.
Terlepas dari hal tersebut, banyak orang yang tak mengetahui sisi lain Umar Kei.
Di dalam kelompoknya, ia memiliki program untuk masyarakat luas, terutama mereka yang hidup dengan ekonomi menengah ke bawah.
"Di dalam organisasi punya program sesuai anggaran rumah tangga kami, bahwa ada dua visi misi kami. Yang pertama memberikan lapangan kerja kepada mereka yang punya pendidikan terbatas, dan juga kami memberikan beasiswa kepada mereka yang mau melanjutkan pendidikan," ungkapnya.
Selain itu, Umar kerap memberikan santunan anak yatim dan memberangkatkan individu untuk umrah.
"Nah untuk masjid saya bukan hanya bangun masjid di sini, saya juga berikan bantuan kepada tempat-tempat ibadah lain seperti gereja. Di Maluku bahkan saya bangun rumah adat Kei," jelasnya.
Menariknya, ada satu masjid dekat kediamannya yang ia beri nama Masjid Ar Romlah.
Di mana nama itu diambilnya dari nama orangtuanya.
Sehingga, masyarakat sekitar bisa salat berjamaah di masjid tersebut.
Sebagai orang Kei, Umar Kei rupanya tetap memikirkan masalah yang terjadi pada saudaranya, yakni Nus Kei dan John Kei.
Ia pun berencana untuk mendamaikan dua keluarga tersebut dan meminta maaf sebesar-besarnya kepada seluruh masyarakat.
"Saya pun sebelum kejadian sudah mengajak dua keluarga saya, antara Bung Nus dan Bung John berhubungan untuk damai."
"Tapi kelalaian saya waktu itu di hari Sabtu saya ketiduran, saya tidak tahu tiba-tiba di hari Minggu ada kejadian itu."
"Saya sudah bertemu dan berjumpa dengan Bung John. Saya mengajak Nus, itu paman saya. Saat ini kita lagi menjalin silaturahmi untuk bagaimana mendamaikan mereka," jelasnya.
"Ayah tegas kalau kita miliki kesalahan. Biasanya kalau ninggalin salat atau ngaji, ayah marah banget. Intinya kita diajari untuk disiplin ibadah," ucap Ajeng.
Tak peduli dengan pandangan orang selama ini, Ajeng melihat Umar Kei sebagai sosok ayah yang baik dan motivator.
"Buat aku sosok yang kuat. Jadi motivator buat kita semua. Ayah tidak mementingkan keluarganya saja tapi juga mementingkan orang-orang di luar yang kekurangan," ungkapnya.
Ajeng menuturkan ayahnya kerap mengajaknya untuk berdiskusi sambil duduk bersama.
Selanjutnya membahas obrolan atau perbincangan dengan anak-anaknya.
"Alhamdulillahnya dekat, ayah bisa membagi waktu untuk keluarga dan para tamunya. Ayah sering ngasih waktunya untuk berbincang di kolam renang ini," lanjutnya.
Selain itu, Umar Kei kerap menasihati anak-anaknya untuk tidak bersikap sombong dan selalu rendah hati.
Baik atau buruknya pandangan orang tentang Umar Kei, seluruh anak-anaknya diminta untuk selalu bersikap baik.
"Seperti kemarin banyak ngomongin negatif soal ayah, tapi ayah selalu bilang 'itu jangan dicontoh'."
"Jadi kita enggak percaya omongan orang dan cuek saja. Sebab kita tahu ayah, orang yang seperti apa," tandas Ajeng.
Keras Didik Agama Anak-anaknya Soal mendidik anak-anaknya, Umar Kei begitu keras. Khususnya soal agama sewaktu kecil Umar Kei diasuh oleh orangtua angkat.
Ketika menginjak Sekolah Menengah Pertama (SMP) ia kembali ke orangtua kandungnya. Untuk itu, Umar Kei selalu membesarkan ke-23 anaknya dengan sebaik mungkin. Ia menegaskan kepada anak-anaknya untuk mengedepankan kepentingan keluarga.
Selain itu, Umar Kei juga tegas dalam persoalan ibadah, baik salat maupun mengaji Ketika anak-anaknya menunda waktu salat atau malas mengaji, ia tak segan-segan memberikan sanksi kepada mereka.
"Ngaji terlambat, salat tidak tepat waktu saya kasih sanksi ke mereka. Sanksi tidak kasih uang jajan atau kurung di toilet," Pungkasnya.
Son/Tajuknews.com/tjk/12/2020.